Sebelum Antoine Griezmann mampu membobol tujuh kali gawang lawan dalam dua laga baru-baru ini, hampir bisa dibilang tak ada yang begitu peduli dengan performa Atletico Madrid. Kebanyakan penikmat sepakbola Eropa tentu lebih tertarik membicarakan evolusi Manchester City di bawah Pep Guardiola, “Wenger Out” ataupun Jose Mourinho yang masih konsisten bermain membosankan.
Bahkan jika harus melirik ke La Liga Spanyol pun, semuanya tersihir dengan kedigdayaan Barcelona yang unggul jauh dengan 15 poin dari Real Madrid di tempat ketiga klasemen sementara La Liga. Mereka seakan lupa bahwa sebetulnya urutan klasemen itu ada posisi pertama, kedua, ketiga keempat dan seterusnya. Pembicaraan berlarut-larut tentang melempemnya Madrid atas Barca ini mengakibatakan tim yang di posisi kedua tak mendapat atensi lebih. Padahal, tim yang kini ada di posisi kedua tersebut terus bergerilya untuk meneror rival-rivalnya secara senyap.
Atletico Madrid selaku tim yang di posisi kedua tersebut memang kerap menampilkan hal-hal yang kelihatannya tak begitu menarik untuk dibicarakan. Tersingkir di Liga Champions Eropa sedari fase grup membuat ekspektasi atas tim asuhan Diego Simeone ini menurun. Belum lagi di Copa del Rey, merela pun gagal. Saat bermain di kancah La Liga, skuat Los Cholconeros bertanding seakan untuk tak kebobolan saja. Pun jika harus menang, 1-0 pun sudah cukup untuk membuat para penggemar senang.
Namun kenyataannya, sebagain penggemar Atleti ternyata tidak senang-senang amat dengan penampilan Atletico. Bahkan untuk beberapa alasan, para Atleticos pernah menyoraki pemainnya sendiri. Tanya saja kepada Antoine Griezmann yang pernah kesal sendiri sampai pernah memberi gestur “sshhh” dengan menempelkan jari telunjuknya di mulut ke arah tribun markas Atleti di Wanda Metropolitano.
Laman Marca melaporkan kejadian tersebut dengan deskripsi sepert ini; “Dengan jelas, Antoine Griezmann ingin mengulur-ulur waktu saat melawan Valencia pada hari Minggu, pemain depan Perancis itu ‘memberikan gestur shhh’ untuk pendukung tuan rumah setelah mereka mengkritiknya karena Griezmann dianggap memperlambat serangan balik. Mantan pemain Real Sociedad tersebut menahan bola dan membiarkan waktu terulur tanpa ada keinginan untuk gol kedua, namun fans tuan rumah tidak begitu mengerti akan keputusannya.”
“Namun di saat yang sama, seisi stadion Wanda Metropolitano sangat menginginkan gol kedua Atleti yang akan mengakhiri pertandingan sepenuhnya, dan mereka tidak dapat menerima pilihan Griezmann tersebut. Ketika mendengar kritik penggemarnya sendiri, seorang Griezmann yang jengkel menanggapi dengan mengangkat jarinya ke bibirnya dengan jelas kepada orang banyak.”
Saat itu, Atletico menang dengan skor 1-0 saja dari Valencia. Bagi skuat dan pelatih Atletico, asal menang dan tak kebobolan, mungkin semua itu sudah cukup. Memang 1-0 atau menang dengan skor 5-1 sama-sama bernilai tiga poin. Setidaknya, meski membosankan, toh Atleti masih berupaya kompetitif di kancah La Liga dengan menempel ketat Barcelona sepanjang musim. Buktinya, di awal 2018 ini saja, mereka mampu menang delapan kali dan imbang sekali tanpa sekalipun menelan kekalahan di kancah La Liga.
"Memiliki dia (Costa) di lini depan mampu memberi saya banyak kebebasan, dan saya dapat melakukan apa yang paling saya sukai, yaitu menerima bola di sayap dan masuk ke dalam (kotak penalti lawan)," kata Griezmann kepada Radio Onda Cero dilansir laman ESPN. "Ini juga memberi saya referensi dalam serangan, Costa adalah tipe pemain yang akan berduel dengan bek lawan dan saya di sana akan menunggu rebound (darinya)."
Salah satu yang signifikan dari kehadiran Costa untuk Griezmann adalah jumlah golnya. Sebelum Costa bergabung di paruh pertama musim ini hingga Desember 2017 lalu, pemain asal Perancis ini tercatat hanya membuat lima gol saja. Sedangkan saat ini (sejak awal 2018), ia sudah mencetak 10 gol dalam kurun waktu dua bulan dan catatan ini masih akan terus bertambah di pekan-pekan mendatang. Costa sendiri sudah mencetak tiga gol dan tiga assist sejauh ini.
"Diego Costa memberi kami kecepatan, ancaman dan dia mentransmisikan rasa takut (untuk lawan). Kami terus berjalan dengan cara yang sama, dengan ancaman serangan yang lebih kuat karena Costa meningkatkan serangan dan Vitolo akan melakukan hal yang sama dengan permainan transisinya," ungkap Simeone pasca Costa membuat gol perdananya pada edisi comeback ini beberapa pekan lalu.
Secara skema permainan sendiri, Simeone jelas mengatakan bahwa Atleti secara umum akan berjalan dengan cara yang sama dan akan selalu begitu. Formasi 4-4-2 kesukaannya akan selalu ia pakai namun dengan berbagai variasi, terutama dengan ketersediaan pemain-pemain sayap yang lebih eksplosif. Ia bisa menaruh Vitolo dan Angel Correa Secara bersamaan. Bahkan jika perlu, Griezmann pun bisa ia tempatkan di sayap kanan dan memasang Fernando Torres dan Costa di lini depan jika ia membutuhkan gol. Selain itu, pemain-pemain muda seperti Thomas Partey, Saul Niguez, Angel Correa ataupun Jose Gimenez sudah mulai bisa menjadi tulang punggung Atleti saat mereka diandalkan sebagai starter bersama pemain senior yang lainnya.
Meski dengan skema yang sama, namuan ada berbagai pendekatan yang digunakan Simeone saat menghadapi lawan yang berbeda. Saat melawan Sevilla di pekan lalu, misalnya. Tim asuhan Vicenzo Montella yang bisa dibilang cukup gemar memainkan bola sedari belakang, ditekan habis-habisan oleh Atleti dengan pressing garis tinggi. Buktinya, empat dari lima gol Atleti saat itu tercipta dari keahlian Atleti dalam melalukan pressing dan mencuri bola dari lawan di area berbahaya. Sedangkan saat menghajar Leganes beberapa hari lalu, Atleti bermain menyerang dengan cukup rapi untuk membongkar pertahanan rapat Leganes. Sebagai informasi, Sevilla adalah tim yang menyingkirkan Atleti dari Copa dan Leganes pernah menahan imbang Atleti di putaran pertama.
Namun satu yang pasti, dari sekian banyaknya kemajuan terutama di lini serang pasca kedatangan Costa, pertahanan Atleti juga perlu diberikan kredit lebih karena berkat mereka, Atleti adalah tim paling sedikit kebobolan dengan baru kebobolan 11 gol di La Liga sejauh ini. Urusan tak kebobolan oleh lawan ini memang menjadi ciri khas tersendiri bagi tim asuhan Simeone.
Bahkan saat awal musim di mana lini depan mereka tak begitu layak untuk dipuji karena performanya, lini belakang Atleti tetap konsisten untuk jarang kebobolan. Dari 11 gol tersebut, 7 diantaranya kebobolan lewat open play, tiga lewat set piece dan sekali lewat penalti. Laman WhoScored pun mencatat tak ada sama sekali gol yang diderita Altei berkat serangan balik. Ini menandakan bahwa Atleti adalah salah satu tim terbaik dalam aspek transisi bertahan di La Liga.
Menumbangkan Barca di Camp Nou akhir pekan ini artinya akan memperlebar jalan menuju gelar juara La Liga bagi Atleti musim ini. Selisih poin yang kini hanya lima, nantinya akan berkurang menjadi dua poin. Atau bahkan jika Atleti hanya mampu bermain imbang saja dengan Barca, setidaknya mereka bisa berharap banyak kepada Barca yang mulai kekurangan bensin dengan gemar buang-buang poin di tahun 2018 ini. Lagipula, masih ada Europa League yang juga pantas untuk diperjuangkan. Agar di penghujung musim nanti, Atleti tak begitu menyesal telah terperosok ke Europa League dari fase grup UCL karena akan mendapatkan trofi lain dari kompetisi kasta kedua tersebut.
Sumber: https://www.fourfourtwo.com/id/news
Baca Juga:
Video Pernikahan Lionel Messi
Analisa: Atletico Madrid, Sang 'Anak Tiri' La Liga yang Berpotensi Menggulingkan Barcelona
4/
5
Oleh
Inspire